Kamis, 24 Juli 2014

CARA PULANG



Hari ini 25 Juli 2014 hari ke-27 di bulan Ramadhan ,ada dua orang ibunda saudaraku yang dipanggil Allah swt . Di pagi hari yang mendung ini hatiku gerimis mendengarnya . Di satu sisi  rasa sedih ditinggalkan itu pasti hadir namun di sisi lain menurutku ketegaran dan rasa syukur tetap harus dihadirkan , karena Allah memanggilnya sungguh di Bulan yang baik dan hari yang baik  ini yaitu hari Jumat yang berkah  . Dalam kacamata awam aku  memandangnya sebagai sebuah kemuliaan  karena tidak sembarang orang dipilih dipanggil pada waktu yang begitu indah ini . Kejadian ini menjadikanku merenungkan  dua hal

Pertama kapan dan dengan cara apa aku dipanggil kelak?sudah seberapa siapkah bekalmu untuk pulang kembali padaNya.Walaupun kita tahu semua itu rahasia Allah tapi tak ada salahnya bukan jika kita mempersiapkan diri dan bercita-cita untuk pulang dengan cara yang istimewa . Aku mengibaratkannya seperti kita sedang mempersiapkan diri untuk mudik lebaran .Jika kita telah membuat perencanaan dan mengumpulkan bekal serta ongkos yang cukup maka kita bisa berharap pulang dengan kendaraan dan cara terbaik bukan?misal dengan pesawat atau kereta api ekslusif. Namun jika kita tidak merencanakannya sama sekali ,lalu apakah kita pantas berharap bisa pulang dengan cara yang baik bahkan uang untuk ongkos atau bekal pun tidak kita persiapkan sama sekali ? . Hal ini mampu memberi motivasi dalam hidup untuk bisa mempersiapkan diri . Semoga hal ini pula bisa memotivasi diriku yang cenderung malas-malasan mempersiapkan diri ,padahal Allah selalu menginginkan memanggil hambanya dengan cara yang terbaik . Allah telah memberikan berbagai panduan dan cara untuk mampu membuat hambanya pulang dengan cara yang baik . Allah menginginkan kita masuk surga namun sayangnya kitalah sendiri  yang menolak itu ,dengan melanggar perintahnya, malas membaca kitabnya dan lain sebagainya. Ah lalu bagaimana aku pantas dipanggil dengan cara yang baik walau sebenarnya aku iri dan menginginkannya. Semoga waktuku masih ada untuk memperbaiki itu semua .

Yang kedua kejadian ini sungguh mengingatkanku untuk memanfaatkan kesempatan berbakti pada kedua orangtua khususnya Ibu yang telah begitu banyak berjasa pada kita . Pernahkah kita sadari bahwa waktunya mungkin sudah tidak lama lagi . Bagaimana jika beliau dipanggil tahun depan atau bahkan besok? Bakti apa yang telah kau perbuat untuk membalas cintanya yang tanpa syarat. Tiba-tiba begitu banyak pertanyaan muncul di benakku karena aku sadar belum banyak berbuat baik pada ayah dan ibu bahkan mungkin masih saja menyusahkan mereka. Mengingat hal ini membuatku merasa mual karena aku sadari aku bukanlah anak yang baik , bagaimana jika waktu itu memang tidak lama lagi ? Ini saatnya kita harus segera berkejaran dengan waktu mengganti waktu –waktu yang lalu terbuang sia-sia. Sungguh dalam setiap kejadian itu ada pengingat dan pelajaran yang harus kita ambil . Semoga dari kejadian di pagi hari ini kita bisa mengambil pelajaran walau sedikit. 

Dan kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau sedangkan negeri akhirat itu sungguh lebih baik  bagi orang-orang bertakwa”( Al-An-am 32)

Senin, 21 Juli 2014

MENCARI SAHABAT


Dalam perjalanan hidupnya. Tidak setiap orang bertemu dengan teman dekatnya, yang karena dekatnya lalu disebut sebagai sahabat. Bertanya-tanya mengapa orang lain memiliki sahabat sementara dia sendiri tidak.

Lalu, ia mencari tahu sendiri pertanyaannya. Apa benar sahabat itu benar-benar ada atau tidak. Bila ada, mengapa ia tidak memilikinya. Ia merasa tidak dekat dengan siapapun, bilapun orang lain merasa dekat. Ia merasa biasa-biasa saja.

Ia tidak tahu kepada siapa bisa bercerita. Tidak tahu kepada siapa hendak pergi bersama. Merasa begitu tenang sendirian, karena terbiasa sendiri. Merasa tidak suka diusik, meskipun ingin sekali bercerita. Tapi kepada siapa.

Ia tidak pernah merasa sangat dekat kepada siapapun. Setiap kali kakinya melangkah, matanya menangkap perasahabatan orang lain. Mendengar dari kata-kata teman. Dan ia tidak pernah memilikinya.

Ia hidup sendiri. Merasa sendiri dan begitu mencintai kesendiriannya. Meski pada saat yang sama dia bertanya-tanya. Siapakah yang sanggup menembus hatinya.

Ia sendiri tidak tahu, apakah dia yang memiliki tembok yang tinggi atau ia orang lain yang membatasi dirinya. Ia merenungkan arti persahabatan dari orang-orang. Ia tidak tahu. Orang datang silih berganti di dalam hidupnya, tidak pernah ada yang benar-benar tinggal lama. Sebagai teman baik.

Ia menanyakan pada dirinya. Apa yang sebenarnya ia butuhkan. Sebab apa ia memiliki batas yang begitu tinggi. Sampai kapan ia akan menutup diri. Sampai kapan ia akan memberikan kepercayaan kepada orang. Mungkin cukup kepada satu orang, teman hidup. Sahabat yang mungkin hanya akan ada satu saja sepanjang hidupnya.(masgun)

Tulisan ini tidak sengaja kutemukan di saat aku memang sedang bertanya mengapa aku merasa tidak dekat dengan siapapun  .. entah kenapa tulisan ini terasa dekat dengan diriku dan menggambarkan diriku... mungkin ternyata aku tidak sendiri dengan perasaan seperti itu .
Aku terbiasa sendiri
Merasa sendiri
Mencintai kesendirian
Namun ingin bertanya siapakah yang sanggup menembus hatiku
Mungkin cukup kepada satu orang, teman hidup.
Sahabat yang mungkin hanya akan ada satu saja sepanjang hidupnya